Generasi muda
adalah generasi harapan bangsa, generasi penerus perjuangan pahlawan yang dulu
gigih dalam mengusir penjajah dan mempersatukan bangsa. Tidak heran jika para
pemuda saat ini dijadikan tumpuan kemajuan bangsa di era selanjutnya. Generasi
muda tidak hanya sesosok pemuda yang pasif dan hanya memiliki kemampuan yang biasa-biasa
saja, tetapi generasi muda yang dibutuhkan saat ini adalah generasi yang
kreatif, inovatif dan intelektualis. Dan generasi yang dimaksud adalah pelajar.
Pelajar merupakan
gabungan dari kata “pe-“ dan “belajar” yang berarti orang yang sedang belajar.
Dalam konteks pendidikan, pelajar adalah seseorang yang memiliki perilaku baik
dan etika yang santun dalam belajar. Tetapi dalam konteks umum, pelajar adalah
generasi muda harapan bangsa, tunas-tunas kemajuan peradaban suatu bangsa dan
pencapai cita-cita bangsa. Tidak heran jika pelajar sangat dieluhkan sebagai
calon pemimpin masa depan bangsa.
Sebagai tunas atau
generasi harapan bangsa, pelajar wajib memiliki syarat tertentu untuk dapat
mencapai tujuan agar menjadi apa yang di inginkan bangsa. Diantaranya pelajar
harus mengikuti kegiatan pendidikan secara formal maupun non-formal, kegiatan
yang mampu mengembangkan kompetensinya dan hal-hal apa saja yang berpengaruh
dalam psikologinya.
Sebenarnya pelajar harus lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan kemampuan yang ia miliki. Misalnya kemampuan menulis yang salah
satunya perlu dikembangkan untuk memajukan peradaban. Jika semua pelajar mampu
mengembangkan bakatnya dalam konteks yang luas, maka kemajuan masa depan bangsa
ini akan lebih mengungguli kemajuan bangsa lain.
Namun, kita patut
khawatir atas kasus-kasus yang menimpa pelajar di negeri tercinta ini. Bisa
kita lihat tayangan berita di televisi menunjukkan penyimpangan yang dilakukan
oleh pelajar yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Sikap yang menunjukkan bobroknya
moralitas pelajar saat ini. Misalnya kasus Narkoba, video porno, seks bebas,
dan merokok.
Dulu seorang
pelajar hanya terfokus pada mata pelajaran yang diajarkan dan cita-cita dimasa
depannya kelak, namun, pelajar sekarang bukan cerminan dari pelajar dahulu. Kita
sudah tidak asing lagi jika melihat seorang pelajar merokok, akan tetapi kita
akan lebih miris jika mendengar pelajar terseret kasus Narkoba dan seks bebas.
Apa yang telah mereka lakukan sama sekali tidak menunjukkan suatu sikap sebagai
kaum terpelajar. Pelajar sebagai agen of change harus bisa berfikir
bagaimana cara yang terbaik untuk merubah bangsa ini menjadi yang lebih baik
lagi, bukan merusak diri dengan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma
yang ada di negeri ini. Dan itu merugikan dirinya sendiri serta orang yang ada
disekitarnya.
Dalam permasalahan
ini tentu orang tua ikut andil besar dalam kasus kenakalan pelajar. Pengawasan
orang tua dan kondisi keluarga juga sangat berpengaruh terhadap psikologi
pelajar. Guru menempati peringkat kedua sebagai contoh yang tertera dalam aspek
pendidikan. Dan lingkungan masyarakat menempati urutan ketiga. Lingkungan
sangat berpengaruh karena penanaman karakter seorang pelajar dimulai dari
lingkungan masyarakatnya. Sebenarnya semua aspek diatas sama-sama berpengaruh,
tetapi jika salah satu aspek tersebut mengajarkan suatu moral yang bersifat
negatif, maka aspek yang lain pun ikut menjadi tidak ada pengaruhnya dalam
memberikan moral positif.
Penerapan
kurikulum 2013 dewasa ini juga memberikan keefektifan dalam mengemban amanat
untuk memperbaiki moral tunas bangsa. Sebenarnya jika kita kaji lebih dalam
lagi, kurikulum 2013 menerapkan aspek bagaimana cara berakhlak dan berperilaku
yang baik. Namun, kurangnya sosialisasi dari pemerintah dan kurangnya informasi
membuat para guru kewalahan mendidik siswanya dengan kurikulum baru tersebut.
Alhasil, pelajar merasa terbebani dan malas untuk belajar sehingga tujuan untuk
menjadikan pelajar sebagai tunas bangsa terhambat.
Sebenarnya tidak
ada hal yang berat dalam suatu pembelajaran jika pelajar tersebut mau berusaha
menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa. Kemajuan teknologi yang saat ini dirasa
mendukung dalam aspek pendidikan di negeri ini memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap moralitas pelajar. Misalnya saja internet, internet yang
seharusnya dapat digunakan sebagai mesin pencari dan alternatif pembuka jendela
dunia kini menjadi momok yang sangat menakutkan bagi psikologi pelajar yang
masih labil dalam pembelajaran disekolah.
Sebagai pelajar
yang baik, tentu kita dapat berfikir dan membedakan segala jenis hal yang baik
dan buruk untuk masa depan kita sebagai tunas bangsa. Penanaman iman dan akhlak
sejak dini akan memberikan efek positif terhadap kemaslahatan masa depan tunas muda
bangsa.
Orang tua diharapkan tidak hanya menanamkan pendidikan umum dan menerapkan teknologi yang modern pada anaknya, tetapi juga menanamkan pendidikan ukhuwah dan diniyyah yang sangat berpengaruh terhadap moralitas tunas bangsa di masa depan. Jika semua pelajar saat ini memiliki budi pekerti yang luhur, ilmu pengetahuan yang luas dan inovasi-inovasi positif dalam hidupnya, maka tunas harapan bangsa akan dalam keadaan yang tidak mengkhawatirkan.