Kamis, 27 November 2014

Pelajar Sebagai Tunas Bangsa


 
Generasi muda adalah generasi harapan bangsa, generasi penerus perjuangan pahlawan yang dulu gigih dalam mengusir penjajah dan mempersatukan bangsa. Tidak heran jika para pemuda saat ini dijadikan tumpuan kemajuan bangsa di era selanjutnya. Generasi muda tidak hanya sesosok pemuda yang pasif dan hanya memiliki kemampuan yang biasa-biasa saja, tetapi generasi muda yang dibutuhkan saat ini adalah generasi yang kreatif, inovatif dan intelektualis. Dan generasi yang dimaksud adalah pelajar.


Pelajar merupakan gabungan dari kata “pe-“ dan “belajar” yang berarti orang yang sedang belajar. Dalam konteks pendidikan, pelajar adalah seseorang yang memiliki perilaku baik dan etika yang santun dalam belajar. Tetapi dalam konteks umum, pelajar adalah generasi muda harapan bangsa, tunas-tunas kemajuan peradaban suatu bangsa dan pencapai cita-cita bangsa. Tidak heran jika pelajar sangat dieluhkan sebagai calon pemimpin masa depan bangsa.

             
Sebagai tunas atau generasi harapan bangsa, pelajar wajib memiliki syarat tertentu untuk dapat mencapai tujuan agar menjadi apa yang di inginkan bangsa. Diantaranya pelajar harus mengikuti kegiatan pendidikan secara formal maupun non-formal, kegiatan yang mampu mengembangkan kompetensinya dan hal-hal apa saja yang berpengaruh dalam psikologinya. 

Sebenarnya pelajar harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kemampuan yang ia miliki. Misalnya kemampuan menulis yang salah satunya perlu dikembangkan untuk memajukan peradaban. Jika semua pelajar mampu mengembangkan bakatnya dalam konteks yang luas, maka kemajuan masa depan bangsa ini akan lebih mengungguli kemajuan bangsa lain.


           
Namun, kita patut khawatir atas kasus-kasus yang menimpa pelajar di negeri tercinta ini. Bisa kita lihat tayangan berita di televisi menunjukkan penyimpangan yang dilakukan oleh pelajar yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Sikap yang menunjukkan bobroknya moralitas pelajar saat ini. Misalnya kasus Narkoba, video porno, seks bebas, dan merokok.

             
Dulu seorang pelajar hanya terfokus pada mata pelajaran yang diajarkan dan cita-cita dimasa depannya kelak, namun, pelajar sekarang bukan cerminan dari pelajar dahulu. Kita sudah tidak asing lagi jika melihat seorang pelajar merokok, akan tetapi kita akan lebih miris jika mendengar pelajar terseret kasus Narkoba dan seks bebas. Apa yang telah mereka lakukan sama sekali tidak menunjukkan suatu sikap sebagai kaum terpelajar. Pelajar sebagai agen of change harus bisa berfikir bagaimana cara yang terbaik untuk merubah bangsa ini menjadi yang lebih baik lagi, bukan merusak diri dengan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma yang ada di negeri ini. Dan itu merugikan dirinya sendiri serta orang yang ada disekitarnya.

            
Dalam permasalahan ini tentu orang tua ikut andil besar dalam kasus kenakalan pelajar. Pengawasan orang tua dan kondisi keluarga juga sangat berpengaruh terhadap psikologi pelajar. Guru menempati peringkat kedua sebagai contoh yang tertera dalam aspek pendidikan. Dan lingkungan masyarakat menempati urutan ketiga. Lingkungan sangat berpengaruh karena penanaman karakter seorang pelajar dimulai dari lingkungan masyarakatnya. Sebenarnya semua aspek diatas sama-sama berpengaruh, tetapi jika salah satu aspek tersebut mengajarkan suatu moral yang bersifat negatif, maka aspek yang lain pun ikut menjadi tidak ada pengaruhnya dalam memberikan moral positif.

            
Penerapan kurikulum 2013 dewasa ini juga memberikan keefektifan dalam mengemban amanat untuk memperbaiki moral tunas bangsa. Sebenarnya jika kita kaji lebih dalam lagi, kurikulum 2013 menerapkan aspek bagaimana cara berakhlak dan berperilaku yang baik. Namun, kurangnya sosialisasi dari pemerintah dan kurangnya informasi membuat para guru kewalahan mendidik siswanya dengan kurikulum baru tersebut. Alhasil, pelajar merasa terbebani dan malas untuk belajar sehingga tujuan untuk menjadikan pelajar sebagai tunas bangsa terhambat.

            
Sebenarnya tidak ada hal yang berat dalam suatu pembelajaran jika pelajar tersebut mau berusaha menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa. Kemajuan teknologi yang saat ini dirasa mendukung dalam aspek pendidikan di negeri ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap moralitas pelajar. Misalnya saja internet, internet yang seharusnya dapat digunakan sebagai mesin pencari dan alternatif pembuka jendela dunia kini menjadi momok yang sangat menakutkan bagi psikologi pelajar yang masih labil dalam pembelajaran disekolah.

           

Jika seharusnya internet menjadi nilai plus bagi pelajar, kini internet digunakan sebagai ajang bersosialisasi yang salah. Misalnya Facebook, Twitter, maupun Instagram yang digunakan secara terus menerus mengakibatkan pelajar tidak menjalankan kewajibannya untuk belajar secara tekun, sehingga intelektualitas pelajar semakin menurun. Dan kini timbul pertanyaan, “Apakah pelajar masa kini dapat dijadikan sebagai tumpuan tunas atau generasi harapan bangsa?”. Tanpa mereka sadari mereka telah melanggar norma-norma yang telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan merusak suatu tujuan yang mengharapkan mereka menjadi tunas bangsa.

             
Sebagai pelajar yang baik, tentu kita dapat berfikir dan membedakan segala jenis hal yang baik dan buruk untuk masa depan kita sebagai tunas bangsa. Penanaman iman dan akhlak sejak dini akan memberikan efek positif terhadap kemaslahatan masa depan tunas muda bangsa.

Orang tua diharapkan tidak hanya menanamkan pendidikan umum dan menerapkan teknologi yang modern pada anaknya, tetapi juga menanamkan pendidikan ukhuwah dan diniyyah yang sangat berpengaruh terhadap moralitas tunas bangsa di masa depan. Jika semua pelajar saat ini memiliki budi pekerti yang luhur, ilmu pengetahuan yang luas dan inovasi-inovasi positif dalam hidupnya, maka tunas harapan bangsa akan dalam keadaan yang tidak mengkhawatirkan.