Kepemimpinan
Berdasar Kecerdasan Hati
Judul Buku : Leading From The Heart
Penulis :
Moid Siddiqui
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Hal : 280
ISBN :
978-602-290-011-5
Resensator : Nur Fadhilatur Rohmah
Era modern ini merupakan masa ketika
sesuatu yang aneh sedang terjadi, dimana yang kotor dianggap bersih dan yang
suci disalahartikan menjadi hina. Karenanya kini kita menyaksikan kemerosotan
berbagai hal terjadi dikalangan masyarakat yang disebabkan menurunnya kualitas
nilai-nilai dengan laju yang cepat. Sesuatu yang tidak terjadi selama
beribu-ribu tahun lalu akhirnya menjadi hal yang biasa di zaman sekarang ini.
Hal tersebut selaras dengan pamaparan
penulis mengenai kekacauan yang terjadi dalam sistem politik negara. Moid Siddiqui
menyebutkan orang-orang membicarakan nilai-nilai dan kebajikan secara dangkal
tanpa memperlihatkannya dalam laku kepemimpinan. Karenanya kemerosotan yang paling menonjol ialah
tentang kepemimpinan. Pemimpin yang seharusnya dapat menyelamatkan kehidupan
malah menjadi biang kerok hancurnya kehidupan itu sendiri. Banyak pemimpin
korup berkhotbah supaya rakyatnya menjauhi
korupsi, mereka yang tidak sederhana menceramahi orang-orang agar sederhana,
selain itu beberapa pemimpin berusaha mencari jalan keluar lewat jalur
perundang-undangan. Mereka bukannya tidak memahami bahwa masalah besar seperti
itu tidak dapat dipecahkan dengan keputusan legislatif.
Upaya itu tidak berguna sampai kita
menyentuh akar permasalahannya. Oleh karena itu, diperlukan kecerdasan hati
dalam kepemimpinan. Jika para pemimpin ingin memahami rakyat, satu-satunya akar
untuk meraih mereka adalah melalui hati. Jika menghendaki rakyat berbudi luhur,
para pemimpin harus mengisi hati mereka dengan cinta dan kebijaksanaan.
Selain kecerdasan hati, kearifan sufi
juga dibutuhkan oleh pemimpin. Seorang sufi sejati adalah mereka yang
bersembunyi dan memilih tidak dikenal. Kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan
duniawi tidak ada artinya. Dia mengerti bahwa keagungan tidak terletak pada
kedudukan yang tinggi, keagungan diperuntukkan bagi orang yang menolak
kedudukan. Bagi para sufi kemakmuran dan emas sama sekali tidak berarti,
kekayaan seorang sufi terletak pada hatinya. Meskipun terlihat dari luar raganya sederhana namun
sebenarnya memiliki
jiwa yang kaya akan pengetahuan.
Seorang pemimpin yang memiliki hati
sufi akan berjuang untuk kebenaran yang melindungi pihak tidak bersalah, dia
membenci dosa bukan pendosa. Seluruh kerja kerasnya dilakukan untuk membenarkan
rakyat alih-alih menghukum mereka (pendosa), dengan begitu rakyat akan percaya
bahwa pemimpinnya memahami mereka. Namun, sebelum itu dia harus memahami diri
sendiri. Seorang pemimpin yang tidak bisa memahami jati dirinya, bagaimana dia bisa memahami orang-orang yang dipimpinnya?
Pemimpin yang tidak mengenali jiwanya
adalah pemimpin yang hatinya kosong secara spiritual. Ketika para pemimpin
tumbuh tanpa hati, tidak menyadari keberadaan jiwa, mereka mendapatkan pertumbuhan yang menyimpang dengan
pendekatan yang tidak seimbang. Para pemimpin seperti itu memimpin dari tingkat
bawah kesadaran kepemimpinan dengan perspektif fisikal atau egoistis.
Dalam Leading From The Heart ini, diceritakan secara jelas
pengalaman yang dialami oleh penulis
dalam menghadapi karakteristik atasan yang
berbeda-beda, kehidupan dari beberapa tokoh sufi dunia seperti Al-Ghazali dan
Mullah Nasruddin juga dijelaskan
dalam buku ini. Selain itu ada juga contoh para
pemimpin bijak yang berhasil dalam masanya, sehingga pembaca akan mudah
memahami maksud dari buku ini. Namun,
buku ini juga memiliki kelemahan dengan banyaknya penggunaan ungkapan-ungkapan
spiritual dan filosofis yang mendalam, sehingga perlu pemahaman yang cukup
untuk mengerti isinya.
Pada akhirnya buku setebal 280 ini
sangatlah tepat dibaca oleh para pemimpin, kritikus, dan para pengamat politik
bangsa. Buku ini membantu kita memahami antara apa yang kita anggap baik dan
apa yang benar-benar baik. Pembaca diajak untuk mengenali karakter-karakter pemimpin yang dapat
memajukan kehidupan bangsa, mengenali pemimpin yang benar-benar bekerja untuk
kepentingan rakyat dan negara. Selain itu, pembaca juga diajak untuk berfikir
kritis dalam menentukan para pemimpin yang nantinya akan memimpin bangsa sesuai
dengan apa yang dibutuhkan. Selain itu, buku ini juga dapat dijadikan wadah untuk memperbaiki diri bagi para pemimpin bangsa
yang selama ini menyeleweng dari hak-hak yang dimiliki sebagai wakil rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar