Selasa, 27 Januari 2015

contoh teks narasi

Workshop di Ambarawa Mengesankan
Oleh Rikha Umami

            Pada hari Jum’at tanggal 21 November 2014 saat aku akan berangkat mengikuti workshop jurnalistik LPM Edukasi di Palagan Ambarawa. Aku berangkat ke kampus dengan persiapan yang matang. Aku mulai berjalan menuju kampus. Didepan gedung student center sudah ada satu bis terparkir, pukul 13.00 aku sampai di kampus, namun tak ada banyak peserta workshop yang ku temukan. Hanya ada Mas Fahmi dan Aziz yang aku kenal ditempat parkir, selain itu aku tidak mengenal mereka.
            Aku masuk ke dalam bis sembari menunggu peserta lain berangkat. Aku mengambil tempat duduk yang paling belakang bersama Ni’mah dan Uty. Ketelatan menjadi masalah. Keberangkatan akhirnya tertunda satu jam. Kemudian kami berangkat menuju Palagan Ambarawa. Kami melewati jalan tol dan dalam perjalanan kami terlihat jelas pemandangan alam yang sangat indah. Banyak sekali pemandangan indah diantara bukit-bukit yang hijau.
            Tak terasa sudah sampai di Palagan Ambarawa, udara yang sejuk membuatku lebih semangat karena jarang sekali aku merasakan udara sejuk ada di Ngaliyan. Namun, setelah keluar dari bis aku sedikit kecewa. Sebab, apa yang ku kira tidak seperti sebenarnya. Aku melihat lokasi workshop dengan sedikit aneh. Dalam benak ku mengira lokasi workshop ada ditengah kota dan dekat dengan tempat wisata ataupun keramaian, tapi ternyata jauh. Bahkan harus naik bis untuk bisa sampai di Museum Palagan Ambarawa.
            Setelah turun dari bis kami menuju aula Masjid Palagan. Kami beristirahat sejenak lalu shalat berjamaah. Sore itu workshop dibuka oleh wakil ketua ta’mir Masjid Palagan Ambarawa. Setelah pembukaan usai aku melihat ke luar jendela. Begitu pemandangannya yang sangat luar biasa. Nampak gunung Ungaran dari kejauhan, suasana sejuk menyelimuti Ambarawa.
            Saat kontrak belajar dilakukan disini ada hal yang menarik. Ada peraturan yang tidak boleh dilanggar peserta workshop, salah satunya tidak boleh pacaran. Tak ada hal yang berbeda dari pelatihan jurnalistik dasar kemarin. Hanya saja pesertanya ada yang berbeda. Ada dua peserta baru yang belum ku kenal.
            Malam itu setelah kami makan malam lalu diadakan rapat redaksi bersama teman satu kelompok dan kakak pendamping. Kami membahas tentang nama majalah, jargon dan filusufinya, lalu hal apa, siapa, dan dimana yang akan menjadi target untuk dijadikan isi di majalah bayangan.
            Menjadi seorang pimpinan redaksi awalnya sangat berat untuk perempuan sepertiku. Tapi dengan keyakinan yang kuat aku siap menjadi pimpinan redaksi meskipun aku perempuan.
            Dan pagi hari kami bersiap mencari berita untuk majalah kami. Menjadi pimpinan redaki bukan pilihanku, tapi mengharuskanku untuk tidak bisa menulis laporan utama atau laporan khusus. Aku dapat tugas untuk menulis sesuatu yang tidak bisa ku tulis. Dari sinilah rasa malas mulai muncul. Seharusnya aku bisa menulis artikel atau laporan, tapi aku tidak diperbolehkan.
            Sembari menunggu teman-teman selesai mencari berita, aku keluar mengunjungi Goa Maria mencari inspirasi untuk cerpen dan puisiku bersama kakak senior LPM Edukasi angkatan 2013. Awalnya aku sedikit risih dengan suasanan tempat itu, tapi setelah masuk aku sempat takjub dengan pemandangan disana. Di tempat ibadah itu terdapat banyak patung. Dibelakang kompleks goa terdapat taman yang sangat indah. Rumputnya hijau seperti lapangan golf, tanaman yang tertata dan desain eksteriornya sangat indah.
            Setelah ku dapat inspirasi aku mulai menulis cerpenku, tapi sayang setelah dikoreksi masih saja salah dan ada kekurangannya. Aku menguras kemampuanku untuk menulis cerpen dan editorial, namun hasilnya sangat mengecewakan.
            Deadline tiba-tiba dimajukan 6 jam dari jadwal. Banyak berita yang belum di edit dan ditulis dikertas, itu sangat menguras tenaga dan emosiku. Rasanya aku ingin marah-marah pada teman-teman yang lelet dan tidak bisa disiplin waktu. Usai jam 12 malam, majalah kami belum juga selesai. Kami diberi waktu satu jam untuk menyelesaikannya.
            Satu jam berlalu, kelompokku sudah selesai menyelesaikan majalah bayangan yang ditugaskan. Tapi dalam proses deadline menegangkan. Ada tulisan yang hilang, ada rasa  takut karena jam hampir menunjukkkan pukul 1 pagi.
            Setelah waktu habis majalah dikumpulkan. Ada sedikit rasa marah oleh kakak senior. Kami diajak renungan malam dengan menutup mata menuju tempat renungan. Bukan hal aneh bagiku, aku sering melakukannya ketika ada acara pramuka. Ada satu hal yang membuatku ingin ku lakukan untuk LPM Edukasi, mengembalikan kejayaannya 13 tahu lalu saat LPM Edukasi dinobatkan sebagai lembaga pers mahasiswa terbaik se-Indonesia.

            Banyak hal yang berkesan selama workshop berlangsung, namun banyak juga hal yang tidak menjadi harapanku. Ternyata tidak ada wisata bersama antar calon crew magang 2014 dan senior-senior LPM Edukasi. Lalu kami pulang, namun kami tidak melewati jalur yang sama saat kami berangkat. Sampailah kami kembali dikampus dengan rasa lega telah resmi menjadi crew magang LPM Edukasi 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar