Workshop di Ambarawa Mengesankan
Oleh Rikha Umami
Pada hari Jum’at
tanggal 21 November 2014 saat aku akan berangkat mengikuti workshop jurnalistik
LPM Edukasi di Palagan Ambarawa. Aku berangkat ke kampus dengan persiapan yang
matang. Aku mulai berjalan menuju kampus. Didepan gedung student center sudah
ada satu bis terparkir, pukul 13.00 aku sampai di kampus, namun tak ada banyak
peserta workshop yang ku temukan. Hanya ada Mas Fahmi dan Aziz yang aku kenal ditempat
parkir, selain itu aku tidak mengenal mereka.
Aku masuk ke dalam
bis sembari menunggu peserta lain berangkat. Aku mengambil tempat duduk yang
paling belakang bersama Ni’mah dan Uty. Ketelatan menjadi masalah.
Keberangkatan akhirnya tertunda satu jam. Kemudian kami berangkat menuju
Palagan Ambarawa. Kami melewati jalan tol dan dalam perjalanan kami terlihat
jelas pemandangan alam yang sangat indah. Banyak sekali pemandangan indah
diantara bukit-bukit yang hijau.
Tak terasa sudah
sampai di Palagan Ambarawa, udara yang sejuk membuatku lebih semangat karena
jarang sekali aku merasakan udara sejuk ada di Ngaliyan. Namun, setelah keluar
dari bis aku sedikit kecewa. Sebab, apa yang ku kira tidak seperti sebenarnya.
Aku melihat lokasi workshop dengan sedikit aneh. Dalam benak ku mengira lokasi
workshop ada ditengah kota dan dekat dengan tempat wisata ataupun keramaian,
tapi ternyata jauh. Bahkan harus naik bis untuk bisa sampai di Museum Palagan
Ambarawa.
Setelah turun dari
bis kami menuju aula Masjid Palagan. Kami beristirahat sejenak lalu shalat
berjamaah. Sore itu workshop
dibuka oleh wakil ketua ta’mir Masjid Palagan Ambarawa. Setelah pembukaan usai aku melihat ke luar
jendela. Begitu pemandangannya yang sangat luar biasa. Nampak gunung Ungaran
dari kejauhan, suasana sejuk menyelimuti Ambarawa.
Saat kontrak belajar
dilakukan disini ada hal yang menarik. Ada peraturan yang tidak boleh dilanggar
peserta workshop, salah satunya tidak boleh pacaran. Tak ada hal yang berbeda dari
pelatihan jurnalistik dasar kemarin. Hanya saja pesertanya ada yang berbeda.
Ada dua peserta baru yang belum ku kenal.
Malam
itu setelah kami makan malam lalu diadakan rapat redaksi bersama teman satu
kelompok dan kakak pendamping. Kami membahas tentang nama majalah, jargon dan
filusufinya, lalu hal apa, siapa, dan dimana yang akan menjadi target untuk
dijadikan isi di majalah bayangan.
Menjadi
seorang pimpinan redaksi awalnya sangat berat untuk perempuan sepertiku. Tapi
dengan keyakinan yang kuat aku siap menjadi pimpinan redaksi meskipun aku
perempuan.
Dan
pagi hari kami bersiap mencari berita untuk majalah kami. Menjadi pimpinan
redaki bukan pilihanku, tapi mengharuskanku untuk tidak bisa menulis laporan
utama atau laporan khusus. Aku dapat tugas untuk menulis sesuatu yang tidak
bisa ku tulis. Dari sinilah rasa malas mulai muncul. Seharusnya aku bisa
menulis artikel atau laporan, tapi aku tidak diperbolehkan.
Sembari
menunggu teman-teman selesai mencari berita, aku keluar mengunjungi Goa Maria mencari
inspirasi untuk cerpen dan puisiku bersama kakak senior LPM Edukasi angkatan
2013. Awalnya aku sedikit risih dengan suasanan tempat itu, tapi setelah masuk
aku sempat takjub dengan pemandangan disana. Di tempat ibadah itu terdapat
banyak patung. Dibelakang kompleks goa terdapat taman yang sangat indah.
Rumputnya hijau seperti lapangan golf, tanaman yang tertata dan desain
eksteriornya sangat indah.
Setelah
ku dapat inspirasi aku mulai menulis cerpenku, tapi sayang setelah dikoreksi
masih saja salah dan ada kekurangannya. Aku menguras kemampuanku untuk menulis
cerpen dan editorial, namun hasilnya sangat mengecewakan.
Deadline
tiba-tiba dimajukan 6 jam dari jadwal. Banyak berita yang belum di edit dan
ditulis dikertas, itu sangat menguras tenaga dan emosiku. Rasanya aku ingin
marah-marah pada teman-teman yang lelet dan tidak bisa disiplin waktu. Usai jam
12 malam, majalah kami belum juga selesai. Kami diberi waktu satu jam untuk
menyelesaikannya.
Satu
jam berlalu, kelompokku sudah selesai menyelesaikan majalah bayangan yang
ditugaskan. Tapi dalam proses deadline menegangkan. Ada tulisan yang hilang,
ada rasa takut karena jam hampir
menunjukkkan pukul 1 pagi.
Setelah
waktu habis majalah dikumpulkan. Ada sedikit rasa marah oleh kakak senior. Kami
diajak renungan malam dengan menutup mata menuju tempat renungan. Bukan hal
aneh bagiku, aku sering melakukannya ketika ada acara pramuka. Ada satu hal
yang membuatku ingin ku lakukan untuk LPM Edukasi, mengembalikan kejayaannya 13
tahu lalu saat LPM Edukasi dinobatkan sebagai lembaga pers mahasiswa terbaik
se-Indonesia.
Banyak
hal yang berkesan selama workshop berlangsung, namun banyak juga hal yang tidak
menjadi harapanku. Ternyata tidak ada wisata bersama antar calon crew magang
2014 dan senior-senior LPM Edukasi. Lalu kami pulang, namun kami tidak melewati
jalur yang sama saat kami berangkat. Sampailah kami kembali dikampus dengan
rasa lega telah resmi menjadi crew magang LPM Edukasi 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar