PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PADA MATERI KENAMPAKAN MATAHARI DI KELAS II MI MATHOLI’UL FALAH BUKO WEDUNG DEMAK TAHUN 2016/2017
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pembelajaran IPA MI
Dosen Pengampu : Zuanita Adriyani, M.Pd
1. Ema Amalia (1403096082)
2. Rizkiyah Kamilawati (1403096083)
3. Siti Mubarokah (1403096091)
4. Rikha Umami (1403096101)
5. Muhammad Ashif (1403096112)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan
merupakan salah satu dari empat tujuan negara yang ada dalam pembukaan UUD 1945
yang telah dirumuskan oleh para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Rumusan tersebut merupakan rumusan
yang berhubungan dengan pendidikan yang harus diperhatikan pemerintah
Indonesia. Namun saat ini telah menjadi rahasia umum bahwa kualitas pendidikan
sangatlah menentukan kualitas bangsanya. Karena itulah dibutuhkan pembaruan
dalam dunia pendidikan yang meningkatkan kualitas manusianya.
Menurut Nurhadi,dkk, mengatakan bahwa yang harus dilakukan dalam
pembaruan pendidikan adalah memperbarui efektivitas metode pembelajaran yang
digunakan, selain itu juga pembaharuan dalam kurikulum dan pembelajaran harus
sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan. Pembaharuan ini dimaksudkan agar
terciptanya metode pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memanfaatkan
potensi siswa.
Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas pendidikan yaitu dengan
cara meningkatkan kualitas pendidikan guru dimana kemampuan guru tidak hanya
sebagai pentransfer ilmu saja namun juga harus bsa membantu peserta didik
memahami dan menguasai apa yang diajarkan oleh guru. Maka dari itu, seorang
guru harus kompeten dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu
mengelola kelas dengan baik agar hasil yang dicapai optimal serta tujuan dari
proses pembelajaran dapat tercapai.
Alasan kami memilih MI Matholi’ul Falah Desa Buko Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak sebagai tempat observasi karena madrasah tersebut terletak jauh
dari perkotaan dan memungkinkan memiliki ketertinggalan dalam proses
pembelajarannya. Selain itu, dugaan kami terhadap madrasah ini memiliki
permasalahan yang sama seperti sekolah-sekolah di pedesaan pada umumnya, yakni
minimnya fasilitas yang ada untuk menunjang pembelajaran IPA. Melihat proses
pembelajaran IPA Kelas II di MI Matholi’ul Falah saat ini, siswa cenderung
pasif, tidak antusias dan kurang memperhatikan guru. Hal ini karena guru hanya
menggunakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah, pemberian tugas
dan sekedar membaca. Hal inilah yang membuat peserta didik tidak antusias dan
hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh guru saja, ini menyebabkan pembelajaran
monoton dan tidak maksimal. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran yang disampaikan guru biasanya ditandai dengan perolehan nilai dari setiap akhir
pembelajaran dengan memperhatikan standar nilai yang telah diteteapkan sekolah.
Kami memilih materi Kenampakan Matahari karena saat kami melakukan
observasi guru sedang menerangkan bab tersebut. Setelah kami melihat di
lapangan ternyata pembelajaran yang dilakukan tidak menggunakan alat peraga.
Siswa hanya menggunakan lembar kerja siswa (LKS) dan informasi dari guru
sebagai sumber belajar.
Menerapkan model Active Learning diharapkan dapat membantu
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan antusias siswa semakin aktif,
serta pembelajaran yang berlangsung tidak monoton sehingga semangat belajar
siswa semakin tinggi dan mempengaruhi hasil belajarnya. Tidak hanya menggunakan
model Active Learning berbentuk Metode Eksperimen. Maka dari itu kami
akan memberikan solusi pada guru yang bersangkutan untuk menggunakan model Active
Learning demi menunjang peningkatan hasil belajar siswa.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Definisi, Prinsip-prinsip, dan Kelebihan dalam Model
Pembelajaran Active Learning, ?
2. Bagaimana Definisi, karakteristi, langkah-langkah, serta
kelebihan dan kekurangan Metode Eksperimen dalam penerapan pada Pembelajaran
IPA?
BAB II
ISI
A. MODEL ACTIVE
LEARNING
1. Definisi Active Learning
Pada dasarnya active
learning adalah usaha untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh
peserta didik sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan. Active learning menurut M. Dalyono adalah salah satu cara
pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin,
sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
Hampir sama dengan Dalyono, Moh. Uzer Usman menambahkan salah satu manfaat
yyang didapatkan dari active learning adalah adanya perpaduan antara
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Beberapa
penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan
berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang
kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia.
Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit
pertama perhatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20%
pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum
yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya
terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik
di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan
visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk
dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga
pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang
dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di
atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi
pembelajaran.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning
(belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga
mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini
kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode
active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus
dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.
Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang
sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan
strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi
yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)
2. Prinsip-prinsip
Model Active Learning
Di dalam
pembelajaran yang menggunakan active learning diperlukan adanya
prinsip-prinsip active learning. Prinsip ini hendaknya diperhatikan agar
pada saat proses pembelajaran siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
optimal. Beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang active learning
diantaranya:
a. Stimulus belajar. Yang
dimaksud dengan stimulus belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk
mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Pesan yang diterima siswa dari guru
melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat
berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimulus
hendaknya disampaikan dengan upaya membantu agar siswa menerima pesan dengan
mudah.
b. Perhatian dan motivasi. Perhatian
adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek. Sedangkan yang
dimaksud dengan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Perhatian dan
motivasi akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk memotivasi dan
memberikan perhatian pada kegiatan belajar, guru dapat melakukan berbagai model
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan pembelajaran yang menyenangkan.
Motivasi belajar yang diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya
perhatian dan motivasi siswa.
c. Respon yang dipelajari. Keterlibatan
atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti
perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk
partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai
informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan
lain-lain.
d. Penguatan .Setiap
tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap bebutuhan siswa akan mempunyai
kecenderungan untuk diulang kembali. Sumber penguat belajar untuk pemuasan
kebutuhan yang berasal dari luar adalah nilai, pengakuan prestasi siswa,
persetujuan pendapat siswa, pemberian hadiah dan lain-lain.
e. Asosiasi. Secara
sederhana, berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan
sesuai dengan lainnya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan
hubungan antara rangsangan dengan respon. Asosiasi dapat dibentuk melalui
pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah
dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang jelas,
pemberian latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam
situasi yang menyenangkan. Di sini siswa dihadapkan pada situasi baru yang
dapat menuntut pemecahan masalah melalui informasi yang telah dimilikinya.
M. Dalyono
mengemukakan bahwa beberapa ciri-ciri yang harus tampak dalam proses belajar
dan pembelajaran active learning, diantaranya adalah
a. situasi kelas menatang siswa melakukan kegiatan belajar bebas
namun terkendali
b. guru lebih banyak memberikan rangsangan berpikir pada siswa
untuk memecahkan masalah.
c. adanya keberanian siswa untuk mengajukan pendapatnya melalui
pertanyaan, baik kepada guru maupun teman.
d. guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas benar atau
salah.
e. belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil tetapi
juga dari segi proses belajar.
f. kegiatan belajar
dilakukan secara variasi, baik individu mauoun kelompok.
3. Kelebihan Active Learning
Kelebihan dari
pendekatan active learning adalah sebagai berikut
a. Siswa akan lebih mudah memahami pengajaran bahkan mereka akan
sangat menikmati pelajaran yang akan diberikan.
b. Kreativitas siswa akan lebih berkembang
c. Meningkatkan Life skill (keterampilan hidup) sehingga
dalam kehidupan sehari-hari siswa bisa lebih mandiri.
B. METODE EKSPERIMEN
1. Definisi
Metode Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji
sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang
dimanipulasi dan jenis respon yang diharafkan
dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga kondisi-kondisi yang
akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini, maka setiap eksperimen
harus dirancang dulu kemudian di uji coba.
Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar
laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,
karena itu dapat dimasukkan kedalam metode pembelajaran. Menurut Roestiyah
(2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan
suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi
oleh guru.
Metode eksperimen (percobaan) adalah suatu tuntutan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang
dapat dinikmati masyarakat secara aman
dan dalam pembelajaran melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan
sendiri proses dan hasil percobaan itu, (Sumantri, 1999:157).
2.
Karakteristik Metode Eksperimen
Terdapat beberapa karakteristik mengajar dalam menggunakan metode
ekperimen serta hubungannya dengan pengalaman belajar siswa, seperti yang
dikemukakan oleh Winataputra (Triadi, 2011), yaitu:
a. Ada alat bantu yang digunakan e.
Ada pedoman untuk siswa
b. Siswa aktif melakukan percobaan f.
Ada topik yang dieksperimenkan
c. Guru membimbing g.
Ada temuan-temuan.
d. Tempat dikondisikan
Pengalaman
belajar siswa dari penggunaan metode eksperimen :
a. Mengamati
sesuatu hal d. Membuat
kesimpulan
b. Menguji
hipotesis e. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa
c. Menemukan
hasip percobaan f. Menerapkan
informasi dari ekperimen
Dari karakterisitik tentang metode eksperimen dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode eksperimen dapat dikembangkan dan diterapkan dalam
pembelajaran IPA dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa, sikap ilmiah dapat
muncul dalam pembelajaran melalui pengalaman melakukan eksperimen.
Pembelajaran melalui eksperimen siswa menjadi lebih aktif, guru
berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil menggunakan
alat, terampil merangkai percobaan dan mengambil kesimpulan yang merupakan
tujuan pembelajaran IPA dalam melakukan metode ilmiah dan sikap ilmiah siswa. Dengan
percobaan (eksperimen) melatih siswa untuk merekam semua data fakta yang
diperoleh melalui hasil pengamatan dan bukan data opini hasil rekayasa
pemikiran.
Eksperimen membelajarkan siswa terlibat secara aktif sebagai upaya meningkatkan sikap ilmiah siswa. Dalam
penemuan fakta dan data metode observasi dari sebuah eksperimen mempunyai
peranan yang sangat penting bagi
peningkatan sikap ilmiah yang diharapkan. Berdasarkan karakteristiknya, metode
eksperimen paling cocok diterapkan bagi siswa SD pada pembelajaran IPA dalam
meningkatkan sikap ilmiah.
3.
Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Eksperimen
Menurut Fathurrahman (2008:82), Langkah-langkah dalam pembelajaran
dengan metode eksperimen adalah a) Perencanaan: yaitu meliputi kegiatan
menerangkan metode eksperimen, membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang
dapat diangkat, menetapkan alat-alat yang diperlukan, menentukan
langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat dan variabel-variabel yang harus
dikontrol; b) Pelaksanaan: melaksanakan pembelajaran dengan metode
eksperimen, mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk
menguji pemahaman siswa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode
eksperimen menurut Fathurrahman (2008:84) adalah sebagai berikut:
a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang
dibutuhkan.
b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu
mengadakan eksperimen.
c) Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan
pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan
dilakukan.
d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan
percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi
lagi untuk membuktikan kebenarannya.
e) Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya
secara tertulis.
Prosedur metode pembelajaran eksperimen menurut Roestiyah (2001:81)
adalah:
(a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka
harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
(b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta
bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus
dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
(c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan
siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen.
(d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil
penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau
tanya jawab
Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan
atau proses yang dialaminya.
4. Kelebihan
dan Kelemahan Metode Eksperimen
Menurut Menurut Rusyan (Maulidia, 2011) metode eksperimen memiliki
kelebihan dan kekurangan antara lain
sebagai berikut:
a. Melatih disiplin diri siswa
melalui eksperimen yang dilakukannya terutama kaitannya dengan
keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen.
b. Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan
siswamelalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung.
c. Siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan
hakikat kebenaran secara langsung.
d.
Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa
e. Metode ini melibatkan aktifitas dan kreatifitas siswasecara
langsung dalam pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.
Adapun
kelemahan metode eksperimen antara lain:
a. Metode ini memakan waktu yang banyak, jika diterapkan dalam
rangka pelajaran di sekolah, ia dapat menyerap waktu pelajaran.
b. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang
tepat jika diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan
sosial.
c. Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,
kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini faktor keselamatan kerja
harus diperhitungkan.
d. Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap jika
kurang salah satu padanya, eksperimen akan gagal.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Setelah melakukan observasi di Kelas II MI Matholi’ul Falah Desa
Buko Kecamatan Wedung Kabupaten Demak ternyata masih banyak kendala dalam
pembelajaran IPA. Pembelajaran hanya dilakukan dengan metode ceramah saja tanpa
menggunakan alat peraga pada materi Kenampakan Matahari. Untuk itu, kami
memberikan solusi dari masalah tersebut dengan memberikan saran kepada guru
yang bersangkutan untuk mengubah metode pembelajarannya yang semula hanya
ceramah menjadi active learning dengan metode eksperimen. Dalam metode ini
nantinya siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan karena siswa melakukan
percobaan secara langsung yang kemudian dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
B. SARAN
Untuk pengembangan lebih lanjut maka observer memberikan saran yang
sangat bermanfaat dan dapat membantu perbaikan pembelajaran IPA untuk kedepannya,
yaitu :
1. Perlunya penambahan media dan alat peraga di madrasah demi
menunjangnya keberhasilan pembelajaran
2. Untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar, guru bisa
memakai berbagai metode yang dapat mengaktifkan siswa baik individu maupun
kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah. 2011. Metode Eksperimen. Melalui http://gudangilmuabdi.blogspot.co.id/2011/03/metode-eksperimen.html diakses pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 23.00
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Devi, Poppy K. 2010. Metode-metode Dalam Pembelajaran IPA untuk
Guru SD. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Nasih, Ahmad dan Lilik K. 2009. Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama
Rahayuningsih, Dwi. 2014. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
IPA Melalui Strategi Pembelajaran Card Sort Pada Siswa Kelas II MI Muhammadiyah
Trukan Karangasem Paliyan Gunungkidul Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya
Tusholiha, Hadijah. 2010. “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Active
Learning Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Sikap Asertif Siswa”.
Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Usman, Moh. Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Widarmika, Komang. 2012. Metode Eksperimen. Melalui http://komangwidarmika.blogspot.co.id/2012/12/metode-eksperimen.html diakses pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 23.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar