Senin, 16 Mei 2016

Tak Sekadar Penutup Kepala



       Aku memakaimu sudah hampir 12 tahun yang lalu. Penutup kepala yang nyaman dan sekarang tak bisa aku tinggalkan. Penutup kepala, kami mengenakanmu bukan karena kami ingin memperlihatkan betapa kami berubah setelah memakaimu atau aku telah menjadi baik. Kami hanya hamba wanita yang ingin selalu taat padaNya dengan menutup sebagian aurat kami dengan penutup kepala.
            Sejujurnya kami hanya takut akan Sang Pencipta alam yang telah memerintahkan kami untuk menutup aurat kami. Diantara sebagian aurat kami adalah mahkota yang tidak bisa kami umbar begitu saja. Dan jika ada yang mencemooh kami saat kami ingin mengajak mereka menutup auratnya, kami tak apa. Bukannya kami sok suci atau sok baik mengajak teman wanita kami yang lain menutup auratnya. Kami hanya ingin mereka mengingat perintahNya.
            Kami berjilbab seperti ini bukan karena kami menunjukkan “Kami Islam” tapi kami hanya takut akan siksaanNya kelak. Kami berbaju longgar dan berjilbab besar bukan karena kami mengikuti “aliran sesat” yang melenceng dari ajaran Islam di Indonesia, hanya saja dengan pakaian itu untuk kami gunakan sebagai perisai kami di samping menjalankan perintahNya.
            Penutup kepala, kami hanya ingin menuruti Tuhan kami dan tidak ingin memamerkan gaya berbusana kami atau cara berjilbab kami. Kami juga tidak memerlukan penutup kepala yang harganya ratusan ribu rupiah dan bermerk terkenal, yang terpenting kami nyaman saat memakaimu. Kami tak perlu berkoar-koar di jejaring sosial bahwa kami telah bertaubat dengan memakai penutup kepala atau mengaku sebagai hamba yang taat.
            Dalam hati yang resah seperti ini, kami yakin Dia akan memberi petunjuk pada Kami. Saat bertahun-tahun sudah memakai jilbab dan kami ingin memperbesar ukuran jilbab kami hanya satu yang kami pikirkan “kami ingin menutup aurat kami dengan sepenuhnya”. Namun kami tau saat kami mencoba   memakai penutup kepala yang sampai menutupi hampir semua badan (baca: syar’i) kami masih tidak berani karena kami takut disebut sebagai “pengikut aliran sesat” atau pengikut aliran yang berbeda di daerah kami. Padahal kami tau kami tak perlu takut jika semua ini untukNya.

            Apalah kami hanya manusia yang bisanya hanya mencoba dan mencoba. Sempat ada yang bertanya pada kami tentang apa yang terjadi pada kami saat ini, mengapa kami berubah seperti ini? Kami belum bisa menjawab pertanyaan mereka. Hanya Allah yang tau apa yang kami inginkan. Kami bukan hamba yang taat seperti hamba Allah yang telah menyerahkan segala hidupnya, bukan pula Sayyidatina Fatimah Azzahra putri Rasulullah SAW, namun kami hanya hamba yang mencoba taat dan selalu menjalankan perintahNya. Kami sedang mencoba, karena kami ingat kami bukan hamba sempurna. Kami akan terus mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar